Rating: 4/5
Oleh Galang
BS
Tracklist:
- Cornea
- Stop Motion
- Wishes & Hope
- Hands Are For Helping
- In Confidence
- Remorse
- All That Meant Something
- Riala
- Sense In A Broken Dialogue
- One And All, Every Bit
Summary: Dualitas/kontradiksi musik yang indah.
Emo, screamo, post-hardcore dan pendahulunya kita kenal sekarang sebagai musik
yang ‘kasar’ berdampingan dengan metal. Dengan permainan yang keras tanpa ampun,
mengimplikasi semangat perlawanan, juga cara menyanyi yang tidak biasa (teriak)
adalah ciri sederhana dari screamo/post-hardcore. Alhasil, musik ini belum
bisa diterima telinga mainstream. Tapi,
di luar pengetahuan umum, musik ini sudah mengalami bermacam evolusi,
berinovasi dan berkembang ke berbagai arah baru. Screamo/post-hardcore
tidak hanya berisikan ciri di atas tapi juga diberikan sentuhan unik dari
pelakunya. Suis La Lune, band dari Swedia ini lalu berkontribusi dan
memanusiakan musik underground ini.
Tidak
pernah bisa dijelaskan mengapa, atau siapa yang memprakarsai musik-musik punk
dan turunannya selalu dimainkan dengan garang dan kasar. Dengan Riala, Suis La Lune melawan stereotip
itu dengan permainan musik yang penuh melodi indah, yang mampu membuat
pendengar musik non-screamo berpikir
ulang dengan pendapatnya. Melodi dari dua gitar dimainkan kompak, berbeda namun
sehati. Sangat adiktif, musik tidak pernah terasa lelah untuk didengarkan dan
sangat jauh dari kesan kasar. Suara gitar yang berbinar-binar ini mengajak kita
larut dalam angan, melayang di langit malam dari satu bintang ke bintang lainnya.
Layaknya
musik screamo, Suis La Lune tetap
memainkan musik yang meriah, ritme yang mudah pelan-keras maupun agak blingsatan. Hanya saja, kekuatan utama Suis La Lune adalah
permainan melodi yang berkat produksi studio benar-benar dibawa masuk ke
pelosok telinga kita, dibandingkan drum dan vokalnya. Permainan melodi ‘twinkling’ benar-benar mengambil alih. Meski vokalis berteriak kencang, sulit
terlintas pikiran bahwa ini musik keras. Jarang ada melodi yang bisa memberikan
kesan ini di setiap bagian lagu, baik tempo cepat atau lambat. Namun perlu
disadari bahwa permainan melodi ini bukan solo yang kemana-mana, tapi permainan
yang tepat pada takarannya yaitu pengiring yang melodis. Apalagi saat
digabungkan dengan fill-in blastbeat dan perubahan tempo mendadak di lagu “All That Meant Something”, bermain sendu di “Riala”, atau penutup “One
And All, Every Bit” yang kental berasimilasi unsur post-rock (yang mana sealbum ini juga berbumbu demikian), musik
yang tercipta adalah musik luar biasa yang orisinil, baik di sejarah musik pada
umumnya atau screamo pada khususnya.
Bukan lagi screamo yang kasar, tapi
sangat indah.
Struktur
lagu setiap track hampir sama pada
paruh pertama album di mana musik lebih lurus tanpa basa-basi, meski dapat didengar cukup variatif.
Sejak “In Confidence”, struktur lagu seterusnya lebih dinamis, dan sering menekankan perubahan loud-soft dynamics. Tiga track terakhir punya mood yang lebih sendu, dan banyak pengulangan bagian yang mengisyaratkan kesan post-rock. Tempo musik seringnya cepat.
Jika melambat, tidak akan lama, namun tidak ada sebuah jarak tempo lagu yang
berakibat kekosongan isi dan merusak suasana. Semua bagian diiringi sempurna,
indah dan sendu saat pelan, dan melodi mampu menajam saat frekuensi tinggi. Tidak
ada bagian yang cacat atau hanya sampah pengulangan bagian. Keseluruhan musik
selalu menuju akhir tertentu melewati jalan yang unik dan segar.
Kritik
album ini ada pada vokal dan tidak adanya standout
track. Tentu, vokal bagi fans yang senang instrumentasinya saja tidak akan
terlalu protes (mungkin), namun bagi saya fans cukup berat musik ini, vokal
terasa tenggelam dibandingkan musiknya. Vokalnya tidak berakibat buruk dimana
ia malah mengganggu keindahan musik dengan teriakan yang tidak perlu. Hanya
saja, seringkali vokal tidak terlalu berkesan dan masih sebatas pengungkapan
emosional. Jika vokal mampu mengimbangi, nilai album ini akan naik. Tidak
adanya standout track mungkin membuat
orang tidak mengingat satu lagu penuh yang unik karena apa saat pertama kali dengar, tapi hanya
mengingat di bagian tertentu saja bahwa di satu bagian lagu ini bagus, lalu di
lagu lain bagian tertentu bagus. Namun ini bukan kelemahan yang fatal, karena sudah
terlalu banyaknya bagian yang bagus. Suis La Lune hanya belum sampai mengonstruksi
satu lagu yang bercirikan penuh ritme/melodi tertentu, lalu di lagu lain
menekankan bagian tertentu. Baru sebatas variasi tempo, mood. Tapi kita akan memaafkannya karena permainan yang kreatif dan
indah ini terus mengajak kita untuk mendengarkan (ada suara horn di lagu
“Remorse” dan "Wishes & Hope", bagaimana bisa cocok?).
Akhir
kata, Riala adalah album yang sangat
unik, indah, juga catchy. Untuk
pengalaman lebih, jangan biarkan suara bising di luar musik mengganggu.
Dengarkan dengan tenang di tempat sunyi, atau keraskan volum suara. Tugas
memanusiakan screamo mendapat
solusinya oleh Suis La Lune, dengan permainan yang konsisten dan menggabungkan
unsur-unsur genre lain yang diolah
indah, orisinil milik Suis La Lune. Apapun yang kalian katakan bahwa screamo bukan musik yang indah karena
kasar dan marah-marah, sudah dibantahkan oleh Suis La Lune.
emang mantap tu album nya
BalasHapusaku udah capek nyari band screamo dgn melodi yg indah..
Dan kmarin bru dpt.
Update lg donk tntang band2 laen yg punya melody indah n ga sekedar keras.